Pohon Awar-awar (Ficus septica) adalah sejenis tumbuhan yang termasuk kerabat Pohon Beringin, anggota suku Moraceae. Termasuk jenis tanaman perdu atau pohon kecil ini biasa ditemukan di hutan semak atau di tempat-tempat yang meliar, di seluruh wilayah Malesia kecuali Semenanjung Malaya, getahnya yang terkandung pada akar, ranting, daun dan buahnya dimanfaatkan untuk mengobati keracunan dan sakit pencernaan.
Ciri dari pohon awar-awar ini adalah memiliki ranting bulat torak, berongga, gundul. Bila dilukai, mengeluarkan getah kuning muda atau hampir tak berwarna. Daun penumpu sepasang, besar, runcing. Daun-daun berseling atau berhadapan, dengan tangkai sepanjang 2,5-5 cm. Helaian daun besar, jorong bundar telur, 9-30 × 9–16 cm, pangkalnya membulat dan ujungnya menyempit tumpul, bertepi rata, sisi atas berwarna hijau tua dengan pertulangan daun berwarna pucat keputih-putihan, dengan 6-12 tulang daun sekunder, sisi bawah hijau muda.
Perdu ini biasa didapati di hutan-hutan hujan sekunder pada berbagai macam tipe tanah, hingga ketinggian 1800 m dpl. Juga acap didapati di semak-semak, tepi jalan,tepi sungai atau saluran air, dan lain-lain. Akar, serta getah yang terkandung di daun-daun dan buahnya dipercaya berkhasiat obat. Di Filipina, daunnya dipakai untuk mengatasi rematik, dan merangsang keluarnya keringat (sudorifika) untuk meringankan sakit kepala. Akarnya dipakai sebagai tapal luka bakar, dan rebusannya digunakan sebagai peluruh kemih (diuretika).
Di Papua Nugini, daunnya dimanfaatkan untuk mengobati pilek, batuk, demam, serta penyakit-penyakit yang disebabkan oleh bakteria dan jamur; kepingan akar atau daun yang dicampur dengan air dan diminum dipakai untuk mengobati disentri atau diare. Akar yang dilumatkan, dicampur dengan air kelapa, diminum setiap hari untuk menyembuhkan infeksi saluran kemih.
Akar siri boppar ini, menurut Rumphius, dapat digunakan sebagai obat anti-racun (antidota); misalnya untuk mengatasi keracunan karena memakan jenis ikan atau ketam (yuyu, kepiting) tertentu, atau keracunan umbi gadung. Akar ini, dicampur dengan akar pisang suanggi dan akar alang-alang, digunakan pula sebagai perangsang muntah (emetika).
Getahnya tajam, dapat menimbulkan bisul-bisul bila terkena kulit, namun dapat dipakai untuk mengatasi herpes, kurap atau lain-lain penyakit kulit yang tidak sembuh-sembuh.Pada masa lalu, getah dari daun yang dipanaskan dalam abu juga diteteskan untuk menyembuhkan sakit telinga yang tuli. Akarnya sebagai anti-racun apabila terkena tusukan duri ikan yang berbisa. Daunnya, setelah diproses, juga digunakan sebagai subal atau campuran candu.[en wikipedia]
Ciri dari pohon awar-awar ini adalah memiliki ranting bulat torak, berongga, gundul. Bila dilukai, mengeluarkan getah kuning muda atau hampir tak berwarna. Daun penumpu sepasang, besar, runcing. Daun-daun berseling atau berhadapan, dengan tangkai sepanjang 2,5-5 cm. Helaian daun besar, jorong bundar telur, 9-30 × 9–16 cm, pangkalnya membulat dan ujungnya menyempit tumpul, bertepi rata, sisi atas berwarna hijau tua dengan pertulangan daun berwarna pucat keputih-putihan, dengan 6-12 tulang daun sekunder, sisi bawah hijau muda.
daun pohon awar-awar (oleh djalu jogjakarta)
Perdu ini biasa didapati di hutan-hutan hujan sekunder pada berbagai macam tipe tanah, hingga ketinggian 1800 m dpl. Juga acap didapati di semak-semak, tepi jalan,tepi sungai atau saluran air, dan lain-lain. Akar, serta getah yang terkandung di daun-daun dan buahnya dipercaya berkhasiat obat. Di Filipina, daunnya dipakai untuk mengatasi rematik, dan merangsang keluarnya keringat (sudorifika) untuk meringankan sakit kepala. Akarnya dipakai sebagai tapal luka bakar, dan rebusannya digunakan sebagai peluruh kemih (diuretika).
Di Papua Nugini, daunnya dimanfaatkan untuk mengobati pilek, batuk, demam, serta penyakit-penyakit yang disebabkan oleh bakteria dan jamur; kepingan akar atau daun yang dicampur dengan air dan diminum dipakai untuk mengobati disentri atau diare. Akar yang dilumatkan, dicampur dengan air kelapa, diminum setiap hari untuk menyembuhkan infeksi saluran kemih.
Akar siri boppar ini, menurut Rumphius, dapat digunakan sebagai obat anti-racun (antidota); misalnya untuk mengatasi keracunan karena memakan jenis ikan atau ketam (yuyu, kepiting) tertentu, atau keracunan umbi gadung. Akar ini, dicampur dengan akar pisang suanggi dan akar alang-alang, digunakan pula sebagai perangsang muntah (emetika).
Getahnya tajam, dapat menimbulkan bisul-bisul bila terkena kulit, namun dapat dipakai untuk mengatasi herpes, kurap atau lain-lain penyakit kulit yang tidak sembuh-sembuh.Pada masa lalu, getah dari daun yang dipanaskan dalam abu juga diteteskan untuk menyembuhkan sakit telinga yang tuli. Akarnya sebagai anti-racun apabila terkena tusukan duri ikan yang berbisa. Daunnya, setelah diproses, juga digunakan sebagai subal atau campuran candu.[en wikipedia]